Senin, 23 Oktober 2017

MENJADI SEPERTI YESUS: MEMBERI KESEMPATAN BAGI SESAMA.

 
Selamat Pagi dunia
Aku menemukanmu pagi ini di layar handphoneku yang tak henti berkedip-kedip, alarm. Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat dan sangat berbeda dari biasanya. Apakah karena semalam aku berdoa Rosario?, Pikirku sejenak sebelum mengambil handuk untuk mandi. Namun, sebelum aku menggapai tuas pintu kamarku, sebuah pesan WA mendarat di layar handphoneku. Dari seorang gadis. Tak ada salahnya membaca pesan itu sebentar, pikirku.
Pesan itu berisi tanggapan atas perbincangan yang belum selesai tadi malam. Masalah rumah, dengan tanteku. Gadis itu menyadarkanku bahwa posisiku di keluarga ini bukanlah sebagai orang lain, melainkan saudara. Ia benar. Aku pun sadar dan sangat mengerti akan hal itu. Tapi bukan itu yang ingin aku jadikan titik tolak dari cerita selanjutnya. Gadis itu memberikan kesempatan padaku untuk belajar, bukan menghakimiku atas kesalahanku. Bahkan kupikir itu bukan kesalahanku. Tidak ada maksud mengelak.
Bukankah ini juga yang diajarkan oleh Yesus ketika wanita berzinah datang padanya setelah dikejar-kejar segerombol pria?. Yesus tidak menghakimi. Ia hanya mengatakan pada segerombol pria itu
'Barang siapa tidak pernah melakukan dosa, dialah orang pertama yang melemparkan batu kepada gadis ini."
Lalu, satu demi satu pria dari gerombolan itu pergi mengisahkan Yesus dan gadis berzinah itu. Lalu apa yang Yesus lakukan? Ia memberi kesempatan kepada gadis itu untuk bertobat, ia memberi kesempatan kepada gadis itu untuk belajar memaknai lebih dalam makna kehidupan dan larangan Allah (10 perintah Allah). 
Setelah mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi kuliah. Aku kembali menemukan pesan di layar HP-ku. Kali ini pesan dari grup kelas yang berisi tentang permasalahan seorang dosen. Sebut saja dosen itu X. Beliau jarang masuk, di kelas mahasiswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan bahan dan beliau hanya memberi penegasan yang tidak membangun (menurutku) dan kukira ini yang paling parah, beberapa hari lalu beliau tidak memberi kabar terkait ketidakhadirannya untuk mengajar padahal hari itu mahasiswa datang hanya untuk mengikuti kelasnya. 
Bertebaranlah diskusi di grup kelas terkait jadwal untuk pergantian kelas. Mayoritas mengatakan tidak setuju bila akan diadakan pergantian kelas, tentunya dengan alasan-alasan yang masuk akal. Dan aku termasuk orang yang ada di dalam mayoritas tersebut. Alasanku tidak setuju adanya pergantian kelas adalah bukan sekali dua kali saja dosen x itu tidak hadir, melainkan sudah beberapa kali. Bila diadakan kelas pengganti tentunya akan mengambil banyak waktu di mana serangkaian rencana sudah dibentuk dan tuntutan kepanitiaan serta tugas-tugas pun menumpuk dalam jadwal harianku.
Namun, di atas permasalahan ini aku kembali disadarkan oleh sikap Yesus kepada wanita berzinah yang datang kepada-Nya. Bila aku menghayati secara mendalam kejadian Yesus dan wanita berzinah itu, aku mendapati ketakutan dan kegelisahan yang amat sangat besar dalam diri wanita berzinah yang datang kepada Yesus. Lalu aku bertanya, apa bedanya dengan dosen X itu? Beliau pasti gelisah dan takut juga ketika akhirnya sadar tidak datang untuk mengisi kelas di mana mahasiswa sudah menggebu-gebu datang untuk belajar mempersiapkan diri demi masa depan.
Satu hal yang ingin aku garis bawahi, sadar atau kesadaran atau disadari. Kata ini menjadi dasar kemiripan antara wanita berzinah dalam Kitab Suci dan dosen X itu. Wanita berzinah disadari akan kesalahannya oleh Yesus secara personal dan membekas secara mendalam di hati wanita itu. Apa yang Yesus lakukan untuk menyadarkan wanita itu adalah demi kebaikan diri wanita itu sendiri, demi keselamatan jiwa yang direnggut iblis.
Lantas dosen X itu? Aku merasa perlu menjadi seperti Yesus, seperti yang dosenku katakan 'Menjadi seperti Yesus kita perlu bersikap seperti Yesus'. Aku merasa tidak pernah menegur beliau secara personal demi kebaikan dirinya dan tentu keselamatan jiwanya. Aku selalu merasa bersikap apatis terhadap apa yang beliau lakukan.  Bila hal ini merupakan kesalahan, tentu aku juga memilikinya.
Seperti gadis yang mengirim pesan WA kepadaku di pagi buta. Ia tidak menghakimku, ia malah menyadarkan aku dan memberi kesempatan padaku untuk belajar memaknai setiap tindakanku. Sebab aku jarang dan bahkan sulit untuk sadar atas tindakanku. Gadis pagi buta itu menyadarkan aku. Ia bersikap seperti Yesus' yang menyadarkan wanita berzinah untuk menyelamatkan jiwa wanita berzinah. Gadis pagi buta itu menyelamatkan jiwaku.
Sekarang, mengapa aku tidak menyadarkan dosen X itu untuk menyelamatkan jiwanya? Untuk memaafkan kesalahannya demi kebaikan bersama?
___
Terima Kasih Yesus atas kesempatan yang Kau berikan padaku untuk kembali sadar pada hari ini. Terima kasih karena Engkau telah mengajarkan hal kecil kepadaku pagi ini untuk berani memaafkan kesalahan sesamaku dan memberi kesempatan sesamaku untuk kembali belajar memaknai kehidupan seperti Engkau yang memberi kesempatan kepada wanita berzinah yang datang pada-Mu. 
Perjalanan menuju kampus, 23/10/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar